Kemungkinan seorang
kiper atau penjaga gawang untuk loncat ke kiri atau ke kanan dalam adu
penalti biasanya 50:50, namun ini tidak berlaku saat timnya dalam
posisi tertinggal. Saat kalah, kiper cenderung lebih sering loncat ke
kanan.
Pada makhluk hidup, tanpa disadari ada banyak aktivitas
yang lebih sering dilakukan ke arah kanan. Misalnya saat berciuman
bibir orang cenderung lebih sering memiringkan kepalanya ke kanan,
sedangkan anjing lebih banyak mengibaskan ekornya ke kanan saat bertemu
majikannya.
Rupanya, hal yang sama juga berlaku pada penjaga
gawang saat menghadapi tendangan penalti. Namun kecenderungan untuk
lebih sering loncat ke kanan hanya terjadi dalam kondisi tertentu,
yakni saat timnya dalam posisi tertinggal atau skornya lebih kecil.
Fakta ini terungkap dalam penelitian Marieke Roskes, PhD, seorang peneliti dariUniversity of Amsterdam di
Belanda. Dalam penelitian tersebut, ia menganalisis setiap tendangan
penalti yang terjadi di berbagai pertandingan Piala Dunia antara tahun
1982 hingga 2010.

“Tidak peduli apakah kiper tersebut kidal atau tidak, mereka cenderung lebih banyak loncat ke kanan saat menghadapi tendangan penalti jika timnya sedang ketinggalan. Ini disebut right-oriented bias,” ungkap Roskes.
Roskes menambahkan, right-oriented bias merupakan kecenderungan makhluk hidup untuk menganggap bahwa kanan selalu mengarah ke sesuatu yang positif. Di Piala Dunia, keberhasilan menggagalkan tendangan penalti adalah sesuatu yang positif dan bisa membuat kiper jadi pahlawan nasional.













0 comments:
Posting Komentar